Cerpen Janji

Cerpen Janji




Cerpen Karangan: Wuri Wijaya Ningrum
Kategori: Cerpen Kehidupan

Lolos moderasi pada: 23 July 2021

Apakah janji adalah hutang? Atau sekedar kalimat penenang? Sebab banyak janji tinggal kata tanpa makna. Janji diucapkan untuk meredakan keresahan sesaat, setelah itu hilang tersesat. Janji diucapkan ketika merasa sanggup memberi, kemudian dilupakan begitu saja seperti tidak berarti. Janji hanyalah menjual kata-kata. Jika sulit ditepati, mengapa membuat janji? Lebih baik tidak berjanji sama sekali daripada berusaha menjelaskan alasan mengapa janji tersebut tidak dapat terpenuhi.

Read More

Mungkin kita berpikir orang lain akan bisa memaklumi. Tapi bukankah mereka tetap saja tersakiti? Bahkan ada yang menghilang dengan janjinya. Bagaimana orang bisa bertindak seolah mereka tidak pernah hadir di hidup kita sama sekali? Sementara meninggalkan janji, apakah dalam pikirnya akan terlupa begitu saja ketika kita bangun tidur di pagi hari? Semudah itu menyamakan janji dengan mimpi.

Bagi sebagian besar orang, janji adalah kalimat penuh harap. Menanti suatu saat akan menerima wujudnya. Bahkan kata-kata tak dapat kau lihat rupanya, lalu bagaimana kau bisa menggenggamnya? Dengan ingatan?

Janji selayaknya sakral, bagi yang berakal. Janji sudah seharusnya membebani pundak dan pikir. Sudah sewajarnya jika janji memberi kita tambahan pekerjaan untuk ditunaikan. Adalah normal bagi kita harus membayar untuk sebuah janji yang telah terucapkan.

Janji sangat erat kaitannya dengan kepercayaan. Janji biasanya hanya diberikan kepada orang istimewa yang telah dekat dengan kita. Atau bahkan kepada diri kita sendiri. Membutuhkan banyak bukti untuk membayar satu saja janji yang diingkari. Oleh sebab itu, jangan mudah berjanji. Jangan pernah merasa kau punya banyak waktu dan kesempatan. Kita bukan pemilik masa. Kemarahan bukan dasar yang baik untuk membuat keputusan. Kesedihan bukan dasar yang baik untuk meninggalkan. Begitupun kegembiraan bukan alasan untuk mengumbar janji. Hanya karena kita bahagia di suatu waktu, belum tentu esoknya kita masih berminat untuk melunasi janji itu.

Jika janji adalah sebuah keputusan, maka lakukan dengan penuh kesadaran dan sudah dipikirkan. Kemudian bersiaplah untuk menebusnya apapun yang terjadi, kecuali jika dikalahkan oleh kehendak Tuhan. Jadilah dewasa, pegang janjimu, tepati. Jangan terlalu banyak mengecewakan hati orang-orang baik yang menaruh harap pada sosokmu. Jangan menutup janji dengan janji seperti, “aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi”. Bukankah lebih baik tidak melakukan apapun itu sedari awal jika tahu akhirnya akan menyakitkan? Juga jangan berjanji karena sebuah kekhilafan. Sebab kau saja tak sadar ketika melakukannya.

Membaca ini, mungkin kalian akan dihantui rasa kebingungan. Atau bahkan kalian marah karena tidak mengerti bagaimana aku berpikir. Jika begini dan begitu tidak boleh, lantas kapan saat yang tepat untuk boleh berjanji? Dari aku pribadi tidak merekomendasikan janji dalam situasi dan kondisi apapun. Tapi coba pikirkan ini, bagaimana dengan komitmen? Komitmen terdengar lebih dewasa dan profesional menurutku. Komitmen menuntut kesungguhan dan dedikasi. Juga melibatkan proses yang panjang. Tidak seperti janji yang terdengar hanya seperti ‘menagih suatu hasil’ tanpa ikut andil dalam berproses.

Janji tidak pernah buruk. Tapi karena sulit dijalani, lebih baik menghindarinya dan mengganti dengan sesuatu yang lebih aman untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain. Bukan berarti berkomitmen itu mudah. Intinya semua menuntut kesiapan, kedewasaan dan tanggung jawab. Tapi ketika janji tidak berhasil ditepati, selain menyakitkan, itu juga merupakan sebuah dosa. Jika janji menuntut untuk harus ditepati, komitmen hanya menuntut dedikasi yang tinggi. Perbedaan terlihat jelas disini. Janji sebisa mungkin harus berhasil diwujudkan, komitmen hanya harus diperjuangkan. Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan, lebih baik mengusahakan daripada memastikan. Masalah hasil, biar Tuhan yang memutuskan.

Cerpen Karangan: Wuri Wijaya Ningrum
Wuri W Ningrum – Aku masih di negara demokrasi, kan? Hehe.

Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 23 Juli 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com



Cerpen Janji merupakan cerita pendek karangan Wuri Wijaya Ningrum, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.


“Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!”



Share ke Facebook

Google+

” Baca Juga Cerpen Lainnya! “


Oleh: Widia Lestari

Mentari perlahan naik ke timur. Menggantikan bulan yang kini terlihat samar. Langit yang merah diam-diam terganti dengan bitu yang cemerlang. Tak jarang burung-burung bertengger di pepohonan untuk menghirup udara



Oleh: Mukti Asih

Sang surya mulai tenggelam di ufuk barat. Perlahan awan berarak menutupi kilaunya dan hembusan angin menambah lengkapnya suasana. Aku mulai mengenakan dress merah, high heels dan sedikit riasan di



Oleh: Khairul

Liburan telah tiba. Wahid mengajak Yanto berlibur di kota untuk melepas lelah setelah lama bekerja di desa. “Di desa memang membosankan, tidak ada tempat refreshing”, ucap Yanto setelah mengiyakan



Oleh: Ajang Rahmat

Gak kerasa, sekarang udah 2 tahun lebih dari kematianya Erin. Dilain sisi aku gak akan pernah bisa ngelupain semua hal tentang Erin, namun nyatanya, dikelas 3 SMK ini aku



Oleh: Bima Satria

Baru saja pengumuman bahwa pesawatku akan segera lepas landas. Aku berlari menyusuri terminal keberangkatan, dengan tas yang lumayan besar di punggung dan kantong plastik oleh-oleh yang kutenteng, aku kehabisan


8 tahun cerpenmu



“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
“Kalau iya… jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?”






Source link

Komunitas Penulis Cerpen Indonesia, Kumpulan Cerpen Karya Anak Bangsa