Cerpen Karangan: Hamida Rustiana Sofiati
Kategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 12 July 2021
Satu minggu sudah aku pamit dari kantor pak Henry dan sekarang saatnya bagiku menyusun laporan magang. Akupun mencari tempat yang nyaman untuk mengetik laporan dan kutemukan gazebo kampus. Sebuah tempat yang teduh, sejuk namun tak jauh dari stopcontact. Ya begitulah tempat yang cocok buat cowok gembul seperti aku ini. Kubuka laptopku dan aku mulai menuangkan seluruh buah pikiranku selama magang di kantor pak Henry. Kletak.. kletuk.. kletik dan Alhamdulillah selesai juga tinggal di save dan close.
Tiba-tiba..
“Udah selesai Ar, laporannya?” Tanya seorang cewek kepadaku
“Sudah” jawabku sambil mendongakkan kepalaku dan ternyata cewek itu adalah Afni teman sekelasku.
“Hai Af, bagaimana dengan laporanmu?” tanyaku
“Sudah sih tapi aku kok masih belum sreg ya” ucap Afni
“Apanya yang nggak sreg Af?” tanyaku
“Itu laporannya coba deh kamu periksa. Tolongin ya” ucap Afni sambil menyodorkan laptopnya
“Oke, sini aku periksa” jawabku. Kemudian aku membaca hasil karya Afni kata demi kata dan di sana memang ada beberapa kalimat yang terkesan ambigu jika dibaca, tanpa banyak bicara segera kuedit laporan milik Afni.
“Ini Af udah, sekarang coba kamu baca lagi” ucapku
“Bentar yaa biar kubaca dulu” ucap Afni sambil memegang laptopnya. Iapun membaca satu per satu kalimat yang sudah kuedit. Dan kemudian iapun tersenyum, manis sekali.
“Nah.. ini yang aku mau Ar. Thanks ya Ar” ucap Afni
“Iya Af, sama-sama” jawabku
“Nah, kalau gini kan tinggal ngeprint saja Ar. Oh iya Ar, kamu mau ngeprint dimana nih?” Tanya Afni
“Di belakang gedung ini Af, murah lo dan pemiliknya ramah lagi” ucapku
“Oh iya? Aku boleh ikutan ngeprint?” Tanya Afni
“Boleh.. boleh. oh iya Af, kita jalan kaki mau?” tanyaku
“Ya maulah Ar, kan deket jadi ya ngapain naik motor?” ucap Afni
“Oke, berangkat yuk” ajakku
“oke” jawab Afni
Kamipun berjalan bersama namun entah mengapa rasanya jantungku berdebar kencang. Padahal biasnya teman-teman sering seperti ini kepadaku tapi aku biasa-biasa saja namun kali ini lain sekali. Dan kulihat Afni juga sedikit grogi tapi dia masih berusaha mengendalikan diri.
“Af, kita sudah sampai di rentalnya” ucapku
“Oh.. oke Ar kita masuk” ucap Afni yang menahan gerogi
Kamipun ngeprint laporan di rental itu, kebetulan semua kursi sudah penuh tinggal 2 buah kursi bersebelahan yang masih kosong.
“Mas, sambil nunggu printnya jadi, adiknya diajak duduk di sebelah sana ya” ucap pegawai rental itu padaku
“Ha? Oh ya mbak” ucapku kaget. Akupun mengajak Afni duduk di kursi kosong sambil malu-malu dan Afnipun mengiyakan mauku
30 menit kemudian
“Mas, printnya sudah siap” ucap pegawai rental
“Oh iya mbak” ucapku. Aku dan Afni berdiri menuju meja pegawai rental itu, kamipun membayar print kami masing-masing dengan malu-malu. Setelah itu kami segera menjilidkan laporan ke fotocopy terdekat.
“Ar, di dekat sini katanya ada fotocopy yang murah tapi bagus lo” ucap Afni tiba-tiba
“Oh iya? Nama fotocopy nya apa Af?” tanyaku
“Kalau nggak salah Sinergi” jawab Afni
“Oooh itu fotocopy langgananku lo” jawabku
“Oh iya? Wah, kebetulan dong. Kita kesana yuk” ajak Afni
“Ayo” jawabku
Kami berjalan menuju fotocopy SINERGI, kebetulan di sana sedang sepi sehingga aku dan Afni tidak terlalu lama mengantri. Ya, kurang lebih sekitar 15 menit 2 buah laporan magang sudah ada di tangan.
“Habis ini kamu mau langsung ngumpulin laporan Af?” tanyaku
“Iya dong Ar, biar cepet kelar urusannya setelah itu kita bisa menyambut tugas yang lainnya. Kamu mau ikut aku ngumpulin tugas?” goda Afni
“Iya aku mau kok ikut kamu” kata-kata itu otomatis keluar dari mulutku.
“Maksudku biar cepet kelar tugasnya Af” ucapku malu-malu dan Afni hanya menganggukkan kepalanya saja sambil menahan malu lewat rona pipinya. Kemudian kamipun berjalan menuju ruang dosen hendak mengumpulkan laporan magang.
Seusai mengumpulkan laporan, kamipun berpisah namun kami masih saling malu-malu kucing.
“Ar, aku duluan ya” ucap Afni
“Iya Af, hati-hati. Oh iya sorry yang tadi ya” ucapku
“Nggak papa kok, nyantai aja Ar” jawab Afni sambil berjalan cepat meninggalkanku sampai-sampai ia tak sadar kalau gelangnya terjatuh. Kupungut gelang itu, kulihat baik-baik dan ternyata di sana ada sebuah nama yaitu Araf. Siapakah dia? Yang jelas siapapun itu, aku harus menghubungi Afni untuk memberitahu keberadaan gelangnya.
Sejak pagi tadi aku masih terbayang-bayang senyum manis Afni namun entah mengapa hatiku sakit saat melihat ada sebuah nama di gelangnya Afni. Jam sudah menunjukkan pukul 20.00 namun aku masih bingung harus telepon atau wa Afni dan akhirnya kuputuskan untuk wa saja.
Af, gelangmu tadi jatuh. Sekarang dia lagi sama aku
Oh iya ta?? Makasih Ar. Besok kamu ke kampus jam berapa?
Jam 9 Af
Oke. Kalau gitu besok kita ketemu di kelas ya
Oke
Kupandangi hasil chatku dengan Afni, sepertinya gelang itu amat berharga bagi Afni. Apa mungkin gelang ini berasal dari kekasih Afni? Tapi kalau kupikir-pikir, jika Afni memiliki kekasih kenapa dia menahan gerogi saat bersamaku? Af.. kutunggu besok jawabmu ya
Keesokan harinya aku sudah ada di kampus pukul 09.00 dan anehnya Afni sudah ada lebih dulu di kelas. Kupandangi wajahnya dari kejauhan yang gelisah namun malu tapi juga bahagia. Ada apa dengan Afni?
“Ini gelangmu Af, kemarin terjatuh” ucapku sambil menyodorkan gelangnya
“oh iya. Ehmm.. Makasih ya Ar” ucap Afni gerogi sambil malu-malu. Entah mengapa sejak saat itu Afni selalu malu-malu saat bertemu denganku bahkan seperti ada yang disembunyikan dariku. Seringkali ia merasa seperti takut menggangguku padahal akupun sama sekali tidak terganggu. Apa mungkin Afni menaruh hati padaku? Lalu siapa Araf itu? Apa mungkin Araf itu adalah sebuah singkatan? Araf.. Araf.. Arya dan Afni.
Hari demi hari telah kulalui, tak terasa aku sudah semester 8 namun aku dan Afni masih setia pada malu-malu. Hingga suatu ketika di saat yudisium..
“Af, kamu lulus tahun ini?” sapaku
“Eh.. kamu Ar? Iya aku lulus tahun ini. Ehm.. IPKmu berapa Ar? Pasti bagus ya?” ucap Afni sambil malu-malu
“Iya.. insyaallah gitu Af. Oh iya, nanti pas wisuda kamu ditemenin sama si Araf?” ucapku
“Araf siapa sih Ar? Kamu ini ngaco? Araf itu singkatan” ucap Afni malu-malu
“Aku tahu. Araf pasti Afni Rada Fanas. Hahahah” godaku
“Ngaco kamu. Hiih” ucap Afni sambil meninju manjaku
“Lha terus apa hayo?” godaku
“Ada deh” ucap Afni sambil memerah wajahnya.
“Oh iya, kamu lulus kuliah mau kerja dimana Af?” tanyaku
“Aku kemarin ngelamar di bank. Do’ain ya. Kalau kamu gimana Ar?” Tanya Afni
“Aku Alhamdulillah sudah keterima jadi legal perusahaan di Surabaya tapi Ibuku punya cita-cita aneh Af, masa lulus kuliah aku mau dimantu, mana calonnya belum ada lagi. hehehe” ucapku
“Lha kok belum ada Ar? Masak cowok sepandai kamu belum punya cewek?” Tanya Afni
“Yaa.. enggak ada yang mau Af. Kalau kamu kapan nikah Af?” tanyaku
“Nggak tahu Ar. Calon aja nggak punya aku” jawab Afni
“Kalau gitu bareng ya” jawabku
“Maksudnya gimana Ar?” Tanya Afni
“Ya aku pengantin prianya dan kamu pengantin wanitanya. Mau?” tanyaku
“Arya.. aku mau” ucap Afni sambil menganggukkan kepalanya
“Love you Af” ucapku
“Love you too Ar” jawab Afni
“Jadi Araf itu singkatan dari Arya dan Afni ya?” Tanyaku. Afni tidak menjawab sepatah katapun namun hanya mengangguk.
“Dasar pemalu. Aku suka kok cewek pemalu” ucapku sambil mencubit pipi Afni
Cerpen Karangan: Hamida Rustiana Sofiati
Facebook: facebook.com/zakia.arlho
Cerpen Kisah Cinta Si Mahasiswa Cerdas (Part 2) merupakan cerita pendek karangan Hamida Rustiana Sofiati, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
“Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!”
Share ke Facebook
Twitter
Google+
” Baca Juga Cerpen Lainnya! “
“Udah! Kamu itu ternyata gak lebih dari seorang temen yang tega NUSUK sahabatnya dari BELAKANG! Aku benci sama kamu!” ucap seorang gadis bernama Ratu sweetthella “Ya udah… percuma ya
“ra, ayo cepet” teriak Dira pada Diara, Dira Atmajaya. Salah satu cowok SMP pejuang yang memiliki banyak penggemar cewek karena menjadi leader dalam tim basket SMP pejuang adalah sahabat
Aku melangkahkan kakiku ke ruang makan. Seperti biasanya setelah selesai mandi kami harus berkumpul di ruang makan untuk sarapan. Aku terdiri dari dua orang, aku -Raina- dan kakak laki-lakiku
“Ted, ada info terbaru nggak soal pangeran gue?” tanya gue pada Teddy sahabat dekat gue sejak SD sambil menikmati makan siang gue, mie ayam mang ujang. “Gaya lo manggil
Aku menyeka air mata yang perlahan keluar dari mataku. Orang yang nggak tahu pasti ngira aku lagi nangis. Padahal aku lagi mati-matian nahan biar nggak ketahuan lagi ngantuk, ujung-ujungnya
Oleh: Selvy Oktavia
Oleh: Debi Zahirah Hariwijaya
Oleh: Chatrianne Vanessa
Oleh: Marcelia Xoexo
Oleh: Eva Kurniasari

“Kalau iya… jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?”
Source link
Komunitas Penulis Cerpen Indonesia, Kumpulan Cerpen Karya Anak Bangsa