Cerpen Nasi Goreng Bu Yum

Cerpen Nasi Goreng Bu Yum




Cerpen Karangan: Hardianti Kahar
Kategori: Cerpen Cinta

Lolos moderasi pada: 29 July 2021

Sebuah asap dari tungku penggorengan wajan menyembul. Aroma-aroma rempah dari berbagai rasa tercium di dalam bumbu nasi Goreng Bu Yum Adelis seorang mualaf.
Sudah dua tahun ini Bum Yum menyisahkan kisah perjalanan hidupnya lewat lembar memori hati dan pikirannya setelah menemukan menjadi mualaf.

Read More

Samar-samar matanya menegadah ke langit berharap Tuhan mengerti dan paham akan keinginannya. Tak lama Adzan Maghrib, terdengar sayup di sana. Langit merah mulai melukis sebuah keindahan sempurna. Tampaknya warung harus segera ditutup karena suara adzan mulai menggema.

Bum Yum mengambil gerobak dan terpalnya. Lalu mendorong gerobaknya sendirian. Tanpa dibantu oleh Sindi anaknya yang sedang mengikuti les di sekolah.

“Ah… capek juga.”
Sesampainya di rumah Bu Yum langsung masuk dan mengambil wudhu untuk segera menunaikan sholat Maghrib. Tepat pada saat itu seseorang berseragam smp masuk di tengah dinginnya semilir angin. “Bu aku pulang.” ucap Sindi menaruh tas di kursi.
Bum Yum tersenyum menyuruh putrinya lekas masuk. “Sebaiknya kamu segera ambil wudhu nanti nggak keburu lho.” Sindi segera pergi menuju toilet.

Sementara Bum Yum sudah berada di dalam kamar menunaikan sholat Maghrib. Bu Yum melafalkan setiap ayat-ayat suci Al-Qur’an. Hingga suaranya terdengar parau kala menyebut nama suaminya. “Heri.” yang meninggal karena penyakit tulang sumsum.

Pagi-pagi sekali Bum Yum sudah berangkat dengan meninggalkan sarapan di meja. Sembari memberitahu, “makanlah Nak!” Tertera memo di meja Nasi-goreng yang di beri ikan asin dan telur-dadar.
“Pasti Ibu sudah ke pasar untuk membeli bahan dapur dan bahan jualan yang sudah habis…” Sindi langsung mengambil kursi menyantap sepiring nasi-goreng.

Sementara Bu Yum sudah membawa beberapa kantung belanjaan. Bu Yum bergegas meninggalkan pasar karena sebentar lagi akan turun hujan.

Napasnya tersengal ketika menuju ke arah angkot berwarna biru. Tiba-tiba matanya menangkap sosok yang ia kenal mata itu tidak akan pernah berbohong. “Mas Araachi Hermanto.” refleks Bum Yum menyebut nama pria yang menorehkan luka mendalam untuknya membuat dirinya menunggu.

Tak lama angkot yang dikemudi berhenti di tempat tujuan Bu Yum, suasana perkampungan tetap sama banyak Ibu-ibu yang melakukan rutinitas.
“Mari Bu…” ucap Bum Yum.
“Iya mari.” Akhirnya Bu Yum melanjutkan perjalanan menuju rumah.

Malam harinya Bu Yum sibuk mempersiapkan dagangan nasi gorengnya. Merapikan terpal yang akan dipasang sore itu. Nasi goreng siap dibuka hari ini. Di samping wajan sudah ada kecap, daun bawang, penyedap rasa, cabe rawit, dan beberapa bumbu lainnya.

Sudah sekitar dua jam Bu Yum menunggu pelanggan namun tidak satu pun pembeli yang datang. Bu Yum mengerutkan kening hingga seseorang datang. Heran dan juga terkejut itulah ekspresi terpancar. Jantung berdebar semakin tak karuan. Bu Yum mulai mengusap wajah, dengan telapak tangan. Berusaha mengembalikan tubuh kian gemetar. Kini ia dilanda rasa kikuk berlebihan. “Mas Araach…”
“Iya, apa kabar?”
“Baik kenapa Mas tiba-tiba kemari?”
“Oh nggak ibuku katanya sering langganan nasi goreng di sini.” Mengingat nama pembantu sering datang memesan nasi goreng super pedas.

Matanya mengerjap kesana-kemari asap mengepul ke dalam wajan penggorengan wajan.

“Uhm… tampaknya kita perlu tambahkan garam sedikit, biar enak.” jeritnya dalam hati.
Sembari mengambil dua sendok garam. Selesai juga membuat dua nasi goreng, segera Araach mengambil bungkusan, ada di pinggir gerobak. Araach tersenyum menerimanya. “Boleh aku kesini lagi?”
“Tentu saja boleh.” dengan mantap Bu Yu. mengangguk.

Kembali berdiri merenung seketika airmata jatuh seorang pelanggan membuyarkan lamunan. Masa lalu sedih sejenak terlupakan.
“Mau pesan apa? Maaf saya tadi ngelamun.”
“Seperti biasa nasi goreng gila super pedas porsi besar di bungkus satu aja.”
“Baik Bu!” Bu Yum kembali ke tungku penggorengan wajan. Setelah lima belas menit segera memindahkan ke dalam bungkusan plastik coklat.

“Ini uangnya,”
“Makasih Bu.”
“Sama-sama.” Kepergian Ibu itu kembali membentuk luka di hati. Sepi. Sendiri Araach terus memasuki jiwanya.

Dilanda firasat aneh seperti merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Sudah dua jam tapi belum ada pelanggan. Seorang pria bertubuh besar dan berkulit hitam tangannya dipenuhi tatto. Menghampiri dengan pandangan marah. “Cepat serahkan uang setoran atau gerobaknya saya hancurin…”
“Jangan Pak!” Akhirnya Bu Yum pasrah. Mengeluarkan uang recehan di dalam laci gerobak. Tapi si preman menolak dia malah mendorong gerobak tersebut. Alhasil gerobaknya jatuh di tanah. Preman itu pun lekas pergi tanpa rasa bersalah.
Bu Yum hanya bisa menangis melihat gerobaknya hancur dan rusak.

Sudah dua Minggu ini tidak berjualan gerobaknya patah berharap bala bantuan hadir, agar dapat berjualan lagi. Putrinya berdehem kecil segera bangkit mendekati.
“Hm… kamu tidak usah khawatir Nak,”
“Tapi Bu…” Terdengar suara dari pintu luar.

Tok… tok… tok…
Seorang mengetuk pintu semakin dekat, Bu Yum membuka pintu. Ia kenal muncul. Menghambur rasa hangat bercampur. Setelah mengobrol beberapa lama Mas Araach mengungkapkan keinginan mengajak Bu Yum menikah.

“Jadi gimana kamu mau kan jadi istriku? Aku tunggu jawaba kamu.”
“Gimana ya Mas? Aku ngerasa gak pantas buat Mas Araach aku cuma orang kampung dan gak punya pakaian bagus seperti Mas Araach.” Lalu Araach meyakinkan Bu Yum dengan kata penuh makna.
“Aku tulus mencintaimu, dan memilih kamu sebagai pendamping sampai kita menua nanti.” Cukup mengetarkan hati lalu Bu Yum memantapkan hati menerima lamaran Araach. Ia mengangguk.

Setahun kemudian…
Bu Yum tengah membuka usaha restoran kini ia telah bahagia bersama Araach. Sindi juga sudah sarjana di UNPAD. Matanya kembali menerawang ke langit. Bu Yum duduk sambil membuka foto wisuda anaknya setelah lulus.

“Ibu…” Panggil seorang gadis berambut panjang sebahu.
Tersenyum mendekap putrinya penuh kehangatan. Menikmati kebahagiaan bersama keluarga terasa begitu lengkap. Walaupun Bu Yum sempat ragu dengan keputusannya saat ini, namun Allah membuka jalan terbaik akan takdir yang indah. Nasi goreng akan selalu mewarnai kisah Bu Yum tidaklah mudah penuh kepahitan.

Selesai

Cerpen Karangan: Hardianti Kahar
Blog / Facebook: TitinKaharz
Nama: Titin
Akun Wattpad: @titinstory
Akun Novel-Toon: TitinKahar

Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 29 Juli 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com


Cerpen Nasi Goreng Bu Yum merupakan cerita pendek karangan Hardianti Kahar, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.


“Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!”



Share ke Facebook

Google+

” Baca Juga Cerpen Lainnya! “


Oleh: Bagas Hayujatmiko

Aku teringat saat itu. Ketika kehujanan dan nggak bawa payung, aku berteduh di depan cafe mu. Kamu yang melihat aku basah dan kedinginan, mempersilakan aku masuk dengan senyum cerahmu.



Oleh: Vera Widyastuti

Dibalik tirai jendela, terlihat dia yang sedang menatap langit. Tidak begitu jelas. Embun-embun yang melapisi kaca membuat aku hampir tidak mengenali wajah itu. Matanya masih bersitatap dengan langit yang



Oleh: Anggita Anggraini

“Hufffttt” kata ketiga gadis remaja ini sambil membaringkan tubuh mereka ke sofa (karena mereka tinggal di rumah yang sama). Mereka adalah anggita, pipit dan riska, 3 sahabat yang tak



Oleh: Idzni Syauqillah

“saya, muhamad dhyansyah, berjanji tidak akan lupa mengerjakan pr lagi!” teriak seorang laki-laki sma berwajah kuning langsat, beralis tebal, dan bermata besar. Ya, namanya muhamad dhyansyah, teman-temannya sering memanggil



Oleh: Shofiail Haisyah

2 tahun sudah masa-masa indah itu berlalu. Aku membuka folder picture di laptopku. Tak lain yang isinya foto teman-temanku sewaktu SMA. Semua foto tersebut ku open. Ingin rasanya kembali


8 tahun cerpenmu



“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
“Kalau iya… jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?”






Source link

Komunitas Penulis Cerpen Indonesia, Kumpulan Cerpen Karya Anak Bangsa