Cerpen Rose adalah Mawar (Part 2)

Cerpen Rose adalah Mawar (Part 2)




Cerpen Karangan: Triper Tuju
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi), Cerpen Thriller (Aksi)

Lolos moderasi pada: 21 July 2021

Sebenarnya pekikan Els ditujukan untuk Josh. Tapi Josh kini berada di cekikan jin merah. Kerahnya dicengkeram kuat-kuat. Punggungnya menempel di pohon besar. Tubuhnya terangkat melayang hingga kepalanya sejajar dengan kepala jin merah. Peraturan bangsa jin yang tak boleh menyakiti manusia kini berbalik ketika manusia yang berada di dunia jin.

Read More

Jin merah menoleh melihat Keppo yang sudah kembali ke bentuk aslinya. “Wah, rupanya ada bangsa jin di antara mereka,” seru jin merah yang sontak melepas tubuh Josh hingga terbanting ke tanah. Suara jin itu menggelegar hingga memekakkan telinga Els dan Mawar yang belasan meter berjarak darinya.
Josh mengambil kesempatan enyah menyusul tiga partnernya. Jin merah membiarkan.

Suara keras jin tersebut ternyata membangunkan puluhan penghuni rumah-rumah bambu di sekitar. Pintu-pintu terbuka, memunculkan sosok-sosok jin merah yang lain. Tubuh mereka sama besar dan kekar. Mungkin hanya wajah dan gaya rambut yang membedakan. Serata pasang mata mereka menyoroti Keppo.

Keppo terus terbang memimpin tiga manusia di belakangnya. Josh berhasil menyusul, bahkan kini ia yang terdepan setelah Keppo, dia sungguh koboi ulung.
Keppo melaju tidak dengan kecepatan maksimal, ia berusaha mengiringi tiga manusianya. Sayangnya dengan begitu jin merah yang tadi menjelma sebagai kuda berhasil mengejarnya.

“Hei, lihat! Ada seorang jin membawa tiga ekor manusia kemari,” ujar jin merah yang terbang di samping Keppo kepada para jin yang baru saja keluar rumah.
“Kulitnya hitam, dia bukan warga hutan bambu. Interogasi dia!!” seru seorang jin merah yang lain di depan rumah bambunya.
“Tubuhnya bau bakwan. Itu makanan khas manusia. Sepertinya dia sudah lama hidup berdamping manusia,” cakap jin merah di samping Keppo.
“Hei, kami tak ingin menyakiti kalian. Kenapa terus berlari?” tanya jin merah yang masih mengintil. “Lihatlah, bocah dan wanita itu tertinggal jauh di belakang.”

Keppo dan Josh serempak berhenti dan menoleh ke belakang. Benar. Mereka melupakan Els dan Mawar yang tertinggal puluhan meter.

“Paman Josh, Paman Josh!!” Els berteriak sambil berlari mengangkat-angkat sebuah kotak keperakan.
“ITU DIA, aku yakin itu kotak abadi yang Ayah bilang!!” sorak Josh sambil menunjuk kotak yang dibawa Els di belakang.
“CLING!” Keppo menjentikkan jari. Mereka menghilang meninggalkan jin-jin merah dan kampungnya.
“Berikan padaku, Els. Berikan padaku!” cecar Josh begitu sampai di rumah kecilnya di dunia manusia.
“Se … sepertinya Keppo menjentikkan jari tepat saat aku tersandung dan menjatuhkan kotak itu,” adu Els semeter di depan Josh. Kepalanya menunduk ketakutan.
“KEPARAT!!” hardik Josh sambil melayangkan kakinya membentur keras dagu Els. Yang ditendang terpental ke belakang.

Josh segera mendekati Els yang terlentang. Mencekiknya amat kuat. “Kau tak ingat bagaimana kita lelah kabur dari kejaran jin merah? Kau tak ingat seharian kemarin aku berkeliling hutan itu sendirian? Kau tak ingat lelahnya Mawar mencari pangan keluar?”
Muka Els mulai memerah, napasnya terhambat.

“Sungguh akal sehatku menolak untuk membunuhmu, Els. Tapi emosiku berkata sebaliknya.”
Satu bogem mentah menghantam pipi mungil Els.

Mawar melihatnya penuh rasa iba. Apalagi menilik wajah Els yang perlahan kehilangan kesadaran. “JANGAN BUNUH ADIKMU, NAK!!” erang Mawar histeris.
Josh menengok Mawar, keheranan. Adikmu? Nak?

“Els itu adikmu, Josh. Aku Rose, ibumu.” Wanita itu mengucurkan air mata seraya jatuh berlutut.
“Ini … ini satu-satunya perkataan ayah di mimpi yang tak bisa kupercaya,” ucap Josh sambil menegakkan badan melepaskan Els. Telunjuknya menunjuk-nunjuk perempuan muda itu. Keringat dingin menguar dari pori-pori. “Jadi itu benar?”
“Iya. Tujuh tahun lalu,” Wanita yang ternyata Rose bertutur seraya berusaha menahan isak, “ketika aku membawamu kabur dalam keadaan mengandung Els …” Tangis Rose pecah, ia tak bisa melanjutkan.
“Bagaimana rupa Ibu menjadi muda? Bahkan raut wajah Ibu berubah, aku sama sekali tak bisa percaya ini sampai Ibu mengatakannya. Padahal dahulu seingatku sudah sedikit keriput,” tanya Josh serta menghampiri Rose dan berlutut—menyamai posisi ibunya. Hati Josh luluh tidak karuan, ternyata ia selama ini memperbudak, meredik, bahkan menggauli ibunya sendiri.
“Ayahmu menjadikan dirimu—yang masih remaja—sebagai bahan taruhan judi. Ia kalah saat itu. Diam-diam aku membawamu ke stasiun, memasukkanmu ke dalam kereta secara asal dan kau dibawa kereta itu sendirian. Aku pulang dari stasiun seorang diri. Akibatnya, ayahmu yang menjadi bayaran judi itu—untuk menjadi pelayan bar tanpa upah seumur hidup. Kutahu dia amat murka padaku. Pria jahanam itu melakukan kontak dengan jin yang tak lain adalah ayah Keppo. Ia menumbalkan nyawanya sebagai bayaran jin itu mengutukku.”

Keppo tertunduk malu. Ia sudah tahu fakta ini, karena itulah ia mengabdikan diri mendampingi Els.

Rose meneruskan, “Setelah Els berumur empat tahun, kau menculiknya—yang kauamati ternyata memiliki jin pendamping—saat ia di luar rumah tanpa tahu bahwa ia adikmu. Bahkan penculikan itu termasuk skenario kutukan tersebut. Setahun berikutnya, kutukan itu datang dan mengubahku menjadi perawan yang tak dikenali. Ayahmu datang ke mimpiku dan menyuruh mendatangimu untuk menjadi istrimu. Akhirnya kulakukan perintah itu, jika tidak, aku dan kedua anakku akan mati. Aku rela menjadi budak untuk anakku sendiri asal aku masih bisa melihat kalian bahagia. Tapi aku tak tahan melihat Els kausiksa, Josh.” Rose kembali menangis tersedu-sedu.

Tubuh Josh membeku di hadapan ibunya. Sedangkan Els ternyata masih sadar, ia mendengar semua tutur Rose.

“KAKAK BANGSAT!!!” sembur Els yang kini berdiri dengan napas tersengal-sengal, “selama ini kau membudakkan dan mencampuri Ibu!!!”
Tidak ada sahutan dari Josh. Lidahnya kelu sempurna. Kedua matanya membelalak. Ia mengambil pistol dari saku, menempelkan ujung senjata api itu tepat di kepalanya sendiri. Lantas menarik pelatuk.
Aksi Josh tak sempat dicegah, semuanya terjadi cepat. Tubuhnya sudah tergeletak tak bernyawa. Darah mengalir dari kepalanya yang berlubang, memerahkan lantai keramik. Rose menangis sejadi-jadinya. Els berlari memeluk ibunya.

“Aku,” ujar Rose sambil merangkul Els, “akulah sejatinya yang membunuh kakakmu itu. Maafkan aku, Els.”
“Aku tak mengerti, Bu.”
“Aku terlarang ‘tuk menyampaikan padamu dan Josh bahwa aku adalah Rose, ibu kalian,” Rose berkata diselingi tangisan, “jika aku beri tahu itu, maka Josh akan kehilangan nyawa bagaimanapun caranya, itulah penutup kutukan ini.”
Wajah Rose kembali menua—wajah yang Els (dan mungkin Josh) rindukan.
Ibu dan anak kecil itu masih berdekapan di atas lantai yang sebagiannya becek oleh darah.

“Maafkan ibumu ini, Els. Maafkan ibumu ini, Josh.”

Di alam roh.
“Ayah?” gumam Josh ketika melihat sosok ayahnya.
Secepat terkaman harimau namun selembut gerakan ibu, ayah Josh berlari dan mendekap anaknya. Wajahnya hinggap di bahu Josh, air mata membasahi bahu tegap itu.

“Mengapa—”
“Maaf … maaf … maafkan aku, Nak,” suara lirih itu semakin lirih dipadukan isak tangis.
“Mengapa—”
“Dan lagi, maaf aku hanya bisa meminta maaf di sini.”

Cerpen Karangan: Triper Tuju
Blog / Facebook: Ziyad Husaini
Triper Tuju. Terlahir di Jakarta, 15 Februari 2005. Menulis untuk mengabadikan pikiran dan menyebar manfaat bahkan kepada orang nan jauh dan tak dikenal. Kini ia sedang menjalani pendidikan di pondok pesantren Darus-sunnah, Ciputat, Tangerang Selatan.

Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 21 Juli 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com


Cerpen Rose adalah Mawar (Part 2) merupakan cerita pendek karangan Triper Tuju, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.



“Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!”



Share ke Facebook

Google+

” Baca Juga Cerpen Lainnya! “


Oleh: Betry Silviana

Byurrr!!! Segayung air yang entah dari mana berhasil membasahi tubuh Pak Ferdi dan istrinya yang tak sadarkan diri. Kedua mata mereka perlahan-lahan terbuka. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat diri



Oleh: Kururu

Hari ke-131, 1 Agustus 2014 “Awaaaas.” Aah, peristiwa ini terjadi lagi. Sebuah truk merah muncul dari perempatan jalan, kelihatannya supir truk tidak melihat lampu lalu lintas berwarna merah, dan



Oleh: ALis W

“Kerja bagus Sai!” seru Mega, kakak perempuanku. “Sepertinya aku harus lebih berhati-hati sekarang” ucapnya seraya mengedipkan sebelah matanya. “Kau benar Meg. Sai seperti penguasa rantai makanan teratas ketika bertarung”



Oleh: Nizar Fathurohman

Joko senang bukan kepalang ketika mendapatkan CD Super Hero dari tukang CD bajak*n terdekat, dia terus melihat-lihat cover CD itu dengan kagum, joko langsung mengeluarkan dompet dan membayar CD



Oleh: Selmi Fiqhi

Atmosfer tebal menyelubungi seluruh tubuhku. Kaki dan tanganku bergerak sedikit kaku. Ruangan ini sungguh sesak dan amat pengap. Sampai-sampai, aku sedikit tak nyaman berdiam diri di ruangan yang sempit


8 tahun cerpenmu



“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
“Kalau iya… jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?”






Source link

Komunitas Penulis Cerpen Indonesia, Kumpulan Cerpen Karya Anak Bangsa