Cerpen Karangan: Sapta Lutfian Waldhani
Kategori: Cerpen Horor (Hantu)
Lolos moderasi pada: 31 July 2021
Ahmad yang saat ini sedang melanjutkan pendidikan di bangku kuliah di suatu kota bersama dengan keluarganya. Pada hari ini dimana ketika Ahmad sedang melakukan ujian akhir di kampusnya. bersama dengan sahabat kecilnya yaitu Cecil. Ketika ujiannya telah usai, Cecil pun menghampiri Ahmad.
“Eh Mad, nanti liburan ada rencana mau kemana?” Tanyaku
“Hmm… ga tau nih gua ga ada rencana, paling ya di rumah aja” Jawab Ahmad sambil mengemas barangnya.
Ahmad yang meninggalkan cecil di ruangan itu seketika mendapatkan sebuah telepon dari Ibunya.
“Nak, ujiannya udah selesai?” Tanya Ibu Ahmad
“Udah kok bu, ini lagi mau pulang. Ada apa emangnya bu?”
“Yaudah nak, kamu pulang aja dulu nanti kalau sudah sampai di rumah Ibu kasih tau”
Setelah mendapatkan telepon dari Ibunya, Ahmad pun bergegas untuk pulang ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, Ahmad langsung menghampiri Ibunya
“Ada apa bu?” Tanya Ahmad
“Ini mad, kamu besok pergi ke rumah kakek ya, bersih-bersih disana dan kalau bisa ajak temen biar kamu ga sendirian disana.”
“Emangnya kenapa bu? Rumah itu kan udah tua, buat apa dibersihin, lagian kalau dibersihin juga ga ada yang nempatin ini kan”
“Rumah itu kan sudah lama tidak dibersihkan, nanti malah rumah itu dianggap angker.”
“Halah bu, ngapain masih percaya sama hal kaya gituan. Ini kan jamannya udah beda.” Sontak Ahmad dengan menaikan nada suaranya
“Yaudahlah sana kamu bersihin aja, biar rumah itu keurus.”
“Iya dah bu, besok Ahmad kesana sama temen”
Sambil merasa kesal Ahmad langsung menuju kamarnya dan langsung menelepon Cecil.
“Cil, besok lo sibuk ga?”
“Engga mad, ada apa emangnya?”
“Besok bantuin gua ya, bersih-bersih di rumah kakek gua itu”
“Iya mad, besok jemput aku ya”.
Setelah mengabari Cecil untuk membantu membersihkan rumah kakeknya, Ahmad pun bermain handphone sembari berbaring di kasur. Dia menemukan sebuah informasi yang dimana isinya itu mengenai rumah angker. Dalam artikel itu, Ahmad membaca bahwa ketika rumah sudah lama tidak ditempati dan dibersihkan, maka rumah tersebut akan menjadi tempat berkumpulnya para makhluk halus.
“Halah, masih aja percaya sama hal kaya gituan. Hei makhluk halus itu ga ada disini, mereka udah beda alam” Cuatnya sambil membaca artikel. Ahmadpun mematikan handphonenya dan langsung tidur
Keesokan harinya, pada saat matahari mulai terbit. Ahmad bangun dari tempat tidurnya untuk bersiap-siap pergi ke tempat Kakeknya. Selang beberapa lama ketika Ia sudah selesai bersiap-siap, Ahmadpun langsung mengabari Cecil kalau ia akan segera menjemputnya dan menyuruh cecil bersiap-siap.
“Cil, udah siap belum?”
“Ini lagi dandan mad”
“Ya udah gua jemput sekarang ya” Ahmad langsung keluar dari dalam rumahnya dan menaiki motornya menuju rumah Cecil, yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumahnya.
Sesampainya di rumah Cecil, Ahmad menunggu sambil membayangkan bahwa rumah kakeknya itu penuh dengan makhluk halus dan mengganggu mereka ketika membersihkan rumah tersebut karena melihat artikel yang ia baca kemarin. Cecil yang melihat Ahmad sedang melamun, datang dan mengagetkan Ahmad.
“Dorr….”
“Woi, apaan sih lu cil, ngagetin gua aja” Sontak Ahmad yang merasa terkejut
“Ya lagian kamu ngapain ngelamun sendirian”
“Yaudah, ayuk berangkat sekarang”
Ketika matahari sedang berada di atas kepala, Ahmad dan Cecil langsung berangkat menuju rumah Kakeknya yang berada di sebuah desa terpencil, sehingga jarak dari kota hingga desa cukup jauh.
Dalam perjalanannya, Ahmad yang merasa penasaran dengan adanya makhluk halus pun menanyakannya pada Cecil.
“Cil, menurut lo makhluk halus itu ada ga?”
“Tumben kamu nanya hal beginian, biasanya kamu paling ga percaya sama hal kaya beginian”
“Ya gua mau tau aja itu beneran ada apa engga”
“Kalau aku sih percaya sama yang namanya makhluk halus, apalagi mitos-mitos yang berbau horror itu”
“Jadi lo percaya, kalau rumah yang sudah lama ditinggal dan ga dibersihin itu bakal jadi sarangnya makhluk halus?”
“Iya”. Setelah mendengar bahwa Cecil percaya dengan makhluk halus itu ada, namun Ahmad masih meragukan hal itu. Bagi dia makhluk halus hanyalah sebuah mitos belaka.
Perjalanan yang begitu jauh telah ditempuh mereka selama tiga jam lebih hingga memasuki waktu Sore hari dan mereka masih berada dalam perjalanan.
“Eh mad, istirahat dulu yuk. Capek tau perjalanannya jauh”
“Iya ini sekalian ngisi bensin juga, sudah mau habis”
Selagi Ahmad sedang menunggu antrian untuk mengisi bensin, Cecil yang sedang merasa kelaparanpun membeli jajanan cilok yang ada di dekatnya.
“Mang, beli ciloknya 5 ribu aja ya”
“Iya mba”
“Oh iya mang, mau nanya kalo ke Desa Ngulon masih lama ya dari sini?”
“Ya, tempatnya masih lumayan jauh mba kalo dari sini sekitar satu atau dua jam lagi paling lama. Ini mba ciloknya”
“Oh gitu ya mang, makasih ya mang”
“Hati-hati ya mba ketika sudah sampai di Desa Ngulon”
“Kenapa mang” sambil memasang muka binggung
“Mereka masih percaya sama hal-hal mitos yang mengundang makhluk halus”
“Ooh gitu ya mang, makasih ya informasinya”
Selang beberapa menit, Ahmad telah selesai mengisi bensin motornya, dan bersiap untuk melanjutkan perjalanannya. Dalam perjanalannya menuju Desa Ngulon, jalanan terlihat sepi meskipun hari masih sore dan jalanan tersebut dikelilingi pohon jati hingga memasuki desa. Cecil yang merasa agak aneh dan gelisah dengan jalanannya lebih memilih untuk memperhatikan dari pada membicarakannya kepada Ahmad.
Setelah perjalanan panjang yang melelahkan hingga kurang lebih empat jam, mereka tiba di Desa Ngulon. Cecil yang membenarkan perkataan dari tukang cilok, itu melihat bahwa di sepanjang desa itu, terlihat banyak sekali sesajen yang ditaruh di pinggir jalan terutama di pohon jati yang ukurannya cukup besar. Cecil yang merasa resah dengan desa itu pun seketika menjadi takut
“Eh mad, kok serem gini ya jalannya”
“Yaelah cil, ini emang kebiasan mereka kaya gini kok”
“Tapi serem mad, jadi merinding aku”
“Halah, ga usah penakut gitu dong, gua dulu waktu kecil aja sering disini, biasa aja tuh”
Cecil yang sedari tadi berdoa dan menyadari bahwa desa ini sangatlah menyeramkan baginya, karena jarang sekali ia melihat penduduk yang lalu lalang di jalanan.
Tepat ketika langit sudah terlihat memerah, akhirnya mereka sampai di rumah yang terlihat sangat tua, kotor dan berantakan, seperti lama tidak dibersihkan.
Ahmad yang sedang memarkirkan motornya langsung mengabari orangtuanya.
“Hallo bu”
“Hallo nak”
“ini Ahmad sudah sampai di rumah kakek. Rumahnya kotor banget bu, berantakan, jadi males mau bersihinnya”
“jangan gitu nak walaupun berantakan juga itu kan tetep rumah kakek kamu. Oh iya, ibu mau ngasih tau aja, pamali bersih-bersih dimalam hari nak”
Ahmad yang tidak percaya akan mitos itupun sontak menaikan nada suaranya. “Halah bu, ga usah khawatir ga bakalan ada hal seperti itu”
“Yaudah nak, Ibu kan cuman ngasih tau aja. Hati-hati ya”
Cerpen Karangan: Sapta Lutfian Waldhani
Blog / Facebook: Kundapat
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 31 Juli 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com
Cerpen Rumah Tua (Part 1) merupakan cerita pendek karangan Sapta Lutfian Waldhani, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
“Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!”
Share ke Facebook
Twitter
Google+
” Baca Juga Cerpen Lainnya! “
Malam itu, Jane dan Christoper berjalan perlahan melintasi lorong-lorong kecil di rumah sakit AW 19 tempat dimana kawan sekelasnya, Victor dirawat. “Kok gelap banget ya? Gue jadi serem nih!”
Di sore hari, saat gue sedang berjalan ke pelosok desa terpencil di sebuah hutan jauh dari keramaian, gue lihat ada sebuah rumah tua yang menurut gue sudah gak layak
Aku merangkak dalam gelap! Ketakutan semakin mencekam di lantai 3 itu, Dimana ruang kosong penuh misteri terhampar disana. Tak ada yang tahu, Mengapa hanya lantai itu yang dikosongkan! “Serius
Hari ini hari jumat di siang hari dimana semua anak di sekolah sudah pada keluar alias bel pulang sudah berbunyi. Namun tidak bagi kelas 8 E or emergency class
Hujan selalu memiliki daya tarik tersendiri untuk anak-anak kecil, seperti masa kecilku dulu yang sangat menyukai bermain hujan di halaman rumahku di desa, padahal permainan yang dimainkan saat hujan
Oleh: Yunita Yuliana
Oleh: Ze Arrosyid
Oleh: Dheea Octa
Oleh: Shanti Savitri Ni Wayan
Oleh: O. W. L

“Kalau iya… jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?”
Source link
Komunitas Penulis Cerpen Indonesia, Kumpulan Cerpen Karya Anak Bangsa