Cerpen Saksi

Cerpen Saksi




Cerpen Karangan: Sanniucha Putri
Kategori: Cerpen Thriller (Aksi)

Lolos moderasi pada: 31 July 2021

“sebut siapa yang ingin kau bunuh?”
Aku tak sengaja mendengarkan perkataan seseorang itu di balik sebuah jendela dari Gedung Proyek yang tak terurus lagi. Kau pasti berpikir mengapa aku bisa sampai ditempat yang tak banyak orang tapaki. Aku mencoba melakukan bunuh diri sendirian yang kupikir tidak ada orang disini selain aku. Aku menghentikan niat bodohku dan mencoba mendengarkan lagi percakapan yang lebih gila daripada kelakukanku saat ini.

Read More

“sebut siapa?” kata suara di seberang sana.
Aku mencoba mendengar suara isak tangis seseorang. Suara seperti kesakitan yang amat parah sampai bulu kuduku berdiri. Aku perlahan mendekati sumber suara. Tapi sial aku tak sengaja menginjak sampah makanan dan mengeluarkan bunyi suara.
Semua hening. Seseorang yang tadi berbicara mendadak ikut diam. Aku mendengar suara tapakan kaki mulai mendekat ke arahku. Perlahan tapi semakin dekat dan mendekat.
“Nggeee.. ngeeoonggg” kucing tersebut menghentikan langkah kakinya. Tubuhku yang tadinya membeku, jantungku yang tadinya berdegup kencang. Kini bisa bernapas dengan lega. Aku melihat kembali kearah sumber suara memastikan orang gila mana yang melontarkan pertanyaan seperti itu.

Ya. Aku melihatnya. Tubuh kurus, memakai pakaian serba hitam ditambah ia memakai topi dan masker. Tapi saat aku mencoba memperhatikannya dengan seksama, dia menoleh kearahku. Aku terkejut dan lari setengah mati. Aku keluar dari tempat itu. Berlari terus berlari seperti orang gila. Nafasku terhenga-henga dan akhirnya aku berhenti di tempat keramaian. Aku berfikir bahwa ini adalah tempat aman. Dia pasti tak mengejarku dan membunuhku di tempat seperti ini kan? Batinku.

Pada akhirnya aku kembali ke Kost dengan kondisi mentalku yang tak stabil. Kupandangi setiap penghuni dengan tatapan ketakutan. Tak jarang mereka membalas tatapan yang mengerikan.
Sampai di kamar, aku mengurung diri dengan selimut.. ‘siapa yang dapat pertanyaannya?’, ‘apa jawabannya?’. ‘kenapa dia melakukan itu?’, ‘apa yang harus aku lakukan?’ pertanyaan itu terus muncul dalam pikiranku.

Keesokan harinya aku mendapati kabar media massa tentang seorang wanita ditemukan tewas karena melakukan bunuh diri di Gedung, tempat aku melakukan hal bodoh dan mendengarkan hal gila itu.
“Bukaan!” Teriakku. Aku merasakan semua mata sedang memperhatikanku. Aku tertunduk malu.
“wanita itu bukan bunuh diri. Tapi dia dibunuh” bisikku dalam hati. Aku keringat dingin dan nafasku mulai tidak stabil. Berita yang disiarkan tidak sama apa yang telah aku lihat tadi malam. Aku bertanya-tanya ‘apakah dia tidak mampu menjawabnya hingga si sinting itu membunuhnya? Siapa dia?’

Aku tak bisa berbuat apa-apa karena aku tidak punya bukti bahwasannya wanita itu tidak melakukan bunuh diri. Aku tidak bisa mengandalkan ingatanku untuk melaporkannya ke polisi. Tapi merasa kasihan pada wanita malang itu.

Malam harinya, aku kembali ke gedung itu. Aku mendapati seorang berpenampilan misterius, tentu dengan setelannya berwarna hitam sedang mencari sesuatu. Aku tak asing dengan orang asing itu. Dialah mungkin orang yang melontarkan pertanyaan bodoh ke wanita yang kulihat di berita.

Aku mengambil ponsel di saku celana dan kemudian memotret orang itu sebagai bukti bahwa dia pelaku pembunuhan. Tanpa sadar, aksiku dipergoki olehnya. Dia berlari kearahku dan dia menangkapku.
Si gila itu menjambak rambutku, menyeretku entah kemana. Aku meringis kesakitan. Aku tak bisa lagi menangis. Bahkan berteriak untuk meminta tolong saja aku tidak sanggup. Dia mengikat kaki dan tanganku. Membiarkan aku tergletak di lantai yang sangat dingin.

“jadi kau yang melihat aksiku tadi malam ya?” katanya. Ternyata dia seorang pria dengan suara berat. Aku ketakutan sampai tidak bisa mengatakan apapun.
“aku akan bernego” katanya sambil menjambak rambutku.
“kau kubiarkan hidup tapi kau harus jawab pertanyaanku..” dia mengeluarkan pisau dari sakunya. “siapa orang yang ingin kau bunuh?” lanjutnya.
Aku tidak menjawab pertanyaannya. Aku kedinginan.
“ohh kau takut? Kenapa kau gemetar, hei?”
Aku menggelengkan kepala. “Kumohon. Lepaskan aku. Aku tak sengaja melihatmu saat aku mau bunuh diri”
“bunuh diri ya? sayang sekali kau tidak menikmati sisa hidupmu”. Dia mencampakkan kepalaku setelah dia puas menjambakku. Aku meringis kesakitan. Aku merasakan ada zat cair yang keluar dari telingaku.
“ayo sebutkan. Siapa orang yang ingin kau bunuh?”
Aku lagi-lagi hanya bisa menggelengkan kepala. “tidak ada. Aku hanya ingin pulang” isak tangisku akhirnya pecah.
“aku ingin minta maaf atas apa yang telah aku lakukan. Aku akan pulang dan memeluk ibu, aku ingin meminta maaf padanya”
“hei untuk apa? Kau tidak bersalah. Tak ada penyesalan dalam hidup kita. Ayo sebutkan saja siapa dia?” dia berjalan kesana kemari dengan hikmat.
“a.. atau ibumu?” lanjutnya membuat mataku terbelalak.
“jangan kau sentuh ibuku!” kataku memberontak setengah mati. Spontan dia menamparku keras. “siapa kau sebenarnya. Kenapa kau lakukan ini pada orang lemah sepertiku”
“karna aku benci orang lemah. Ha ha ha ha” bisiknya di telingaku. Dia terus mengoceh sana sini. Aku melihat ada pisau terjatuh saat aku berontak tadi.

Aku menatapnya tajam dan tak menghiraukan ocehannya. Kutarik perlahan pisau tersebut dan melepaskan ikatanku secara diam-diam.
Setelah dia lelah tertawa pada ceritanya sendiri, aku menusuknya tepat di dadanya bekali-kali.
“kau berisik” bisikku.

Aku menyadari dia sudah tak bernyawa akibat kehabisan darah. Aku tak memanggil polisi karna aku ingin menyaksikan kesakitannya sendiri. Aku puas menusuknya berkali-kali, merintih kesakitan, dan matanya yang memerah. Dan memastikan bahwa dia mati di tanganku.

Aku menyerahkan diri pada polisi. Memberikan keterangan seadanya dan menyerahkan bukti bahwa dia pernah membunuh seseorang. Aku tidak tahu berapa banyak dia sudah membunuh tanpa diketahui kepolisian. Aku tetap menanggung perbuatanku tapi setidaknya aku lega melihatnya mati. Jika dia tidak mati, akan ada orang senasib sama sepertiku atau wanita yang dilaporkan tewas bunuh diri. Selamat tinggal pria sinting.

Selesai

Cerpen Karangan: Sanniucha Putri
Blog / Facebook: Sanniucha Putri

Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 31 Juli 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com


Cerpen Saksi merupakan cerita pendek karangan Sanniucha Putri, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.


“Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!”



Share ke Facebook

Google+

” Baca Juga Cerpen Lainnya! “


Oleh: Adianto Juniardi Prakoso

Pada suatu masa terdapatlah sebuah kota kerajaan yang bernama Hunts yang diserang oleh sekelompok setan api. Kelompok tersebut dipimpin oleh masternya yang bernama Dray. Wujud Dray berupa setan dengan



Oleh: Muhammad Hafidz Agraprana

Baru pernah aku beli sekotak kue dengan harga sangat mahal. Tapi tidak apa-apa lah. Daripada nanti aku tidak jadi beli malah penjualnya marah. Soalnya tadi sudah kutawar banyak kali



Oleh: Zanucky Z.

Dengan wajah cantik mengkilau tetapi memasang ekspresi serius, aku hanya bisa terpana melihat bahwa seorang perempuan cantik dapat masuk ke ruang tahta istanaku, Istana seorang Demon Lord. Wajahnya seperti



Oleh: Keykalian

Malam ini hujan turun dengan derasnya, membuat malam yang dingin menjadi lebih dingin lagi. Rasanya sangat enak jika malam ini makan bakso lalu tidur. Namun, aku yang malang ini,



Oleh: Ramona Dian

Petugas datang membawakan segelas air kepada pemuda itu, yang kemudian menceritakan kejadian yang telah menimpanya, sementara Hpnya sudah lama dimatikan. “begitu… Begitu pak!” jelasnya dengan napas yang masih menggebu-gebu,


8 tahun cerpenmu



“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
“Kalau iya… jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?”






Source link

Komunitas Penulis Cerpen Indonesia, Kumpulan Cerpen Karya Anak Bangsa

Leave a Reply