Harga Batu Bara Melambung, Adaro Raup Laba Inti Rp 17,98 Triliun pada 2021

Harga Batu Bara Melambung, Adaro Raup Laba Inti Rp 17,98 Triliun pada 2021


Read More

TEMPO.CO, Jakarta – Membaiknya harga batu bara sepanjang tahun lalu turut mendorong kinerja keuangan PT Adaro Energy Indonesia Tbk. makin kinclong.

Harga batu bara pada tahun 2021 tercatat beberapa kali menembus rekor tertinggi. Padahal di awal tahun, harga komoditas itu masih berada di level US$ 85 per ton, namun trennya terus menanjak.

Puncaknya, pada November harga emas hitam itu meroket mencapai rekor US$ 215,6 per ton. Tren kenaikan belum berhenti, bahkan kemarin harga batu bara mencapai titik tertinggi dalam sejarah mencapai US$ 400 per metrik ton seiring konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina.   

Sepanjang tahun lalu, laporan keuangan Adaro mencatatkan kenaikan EBITDA operasional sebesar 138 persen menjadi US$ 2,1 miliar. Angka itu melampaui panduan EBITDA operasional yang telah direvisi menjadi US$ 1,75 miliar sampai US$ 1,9 miliar.

Adapun EBITDA operasional ini tidak memperhitungkan komponen no-operasional. Dengan begitu, angka tersebut mencerminkan kinerja sesunggunnya dari perusahaan berkode saham ADRO itu.

ADRO juga meraup laba inti US$ 1,25 miliar atau sekitar Rp 17,98 triliun (asumsi kurs Rp 14.380 per dolar AS) yang menunjukkan bahwa bisnis inti berkinerja baik. Perseroan tercatat juga menghasilkan US$ 1,27 miliar arus kas bebas pada 2021, atau naik 102 persen year on year atau yoy.

Kontribusi Adaro kepada Pemerintah melalui royalti dan beban pajak penghasilan tercatat mencapai US$ 893 juta.

Adapun pada tahun 2021, ADRO membukukan pendapatan usaha sebesar US$ 3,99 miliar, Angka itu melonjak 58 persen dari 2020, karena kenaikan harga jual rata-rata (ASP) sebesar 70 persen karena tingginya harga batu bara.





Source link