Harga Kedelai di Global Melonjak 18,9 Persen pada Pekan ke-2 Februari

Pekerja melakukan proses pembuatan tahu di salah satu pabrik tahu di Pasir Putih, Depok, Jawa Barat, Selasa (15/2/2022). Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Aip Syarifudin mengumumkan akan melakukan aksi mogok produksi pada tanggal 21 Februari hingga 23 Februari 2022 dampak dari harga kedelai yang naik dari Rp9 ribu menjadi Rp11 ribu per kilogram. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/foc.


Jakarta, CNN Indonesia

Read More

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan harga kedelai di pasar global tembus US$15,77 per bushels atau Rp220.780 per bushels pada pekan kedua Februari 2022. Angka itu melonjak 18,9 persen dibandingkan dengan pekan pertama Januari 2022.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud mengatakan, kenaikan tersebut membuat harga kedelai di tingkat perajin tembus Rp11.631 per kilogram (kg).

Padahal, harga normal kedelai di perajin hanya Rp10 ribu per kg.

“Kenaikan harga kedelai berpotensi memengaruhi minat perajin untuk memproduksi tahu dan tempe sehingga berdampak pada kenaikan harga, serta dapat mengganggu keberlangsungan usaha para perajin,” ungkap Musdhalifah dalam keterangan resmi, Minggu (27/2).

Ia menjelaskan, harga kedelai melonjak di pasar global karena gangguan cuaca kering yang melanda Amerika Serikat (AS) selama dua bulan terakhir. Dengan demikian, produksi kedelai di Brazil, Argentina, dan Paraguay ikut terganggu.

Menurut laporan Departemen Agrikultur AS (USDA) Februari 2022, produksi kedelai di Brazil, Argentina, dan Paraguay turun lebih dari 18 juta ton sejak Desember 2021.

“Penurunan produksi tersebut berdampak pada harga kedelai di pasar global yang mengalami kenaikan secara signifikan,” jelas Musdhalifah.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan importir untuk memastikan komitmen penyediaan kedelai bagi perajin tahu dan tempe. Hal ini dilakukan demi meminimalisasi dampak kenaikan harga kedelai yang dirasakan oleh 150 ribu UMKM tahu dan tempe.


Ilustrasi. Harga kedelai di pasar global melonjak 18,9 persen. (ANTARA FOTO/ASPRILLA DWI ADHA)

Di sisi lain, Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM, Ahmad Zabadi mengatakan, pemerintah sedang mendorong produksi kedelai lokal untuk mengurangi ketergantungan dengan kedelai impor.

Selain itu, pemerintah juga sedang berupaya memproduksi komoditas lain untuk alternatif substitusi kedelai.

Kepala Pusat Distribusi dan Akses Pangan Kementerian Pertanian, Risfaheri menyatakan, perlu ada terobosan besar untuk mengerek tingkat produksi kedelai lokal.

“Dalam rangka meningkatkan produksi kedelai lokal, Kementerian Pertanian telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman dengan GAKOPTINDO selaku offtaker dan perbankan untuk pelaksanaan program penanaman kedelai seluas 600 ribu ha di 14 provinsi,” ucap Risfaheri. Kegiatan itu, sambungnya, akan dimulai pada April 2022 mendatang.

Selain itu, Kementerian Pertanian juga akan melaksanakan program bantuan pemerintah untuk produksi kedelai seluas 52 ribu hektare.

Sebagai informasi, lonjakan harga kedelai sempat membuat perajin tahu dan tempe mogok produksi pada Senin (21/2) sampai Rabu (23/2). Aksi mogok ini berlangsung di Jabodetabek.

Setelah itu, perajin kembali memproduksi tahu dan tempe, serta menjualnya ke pasaran. Hanya saja, perajin terpaksa menaikkan harga tempe karena kedelai masih mahal.

Sementara itu, harga tahu masih sama seperti sebelum-sebelumnya. Namun, ukuran tahu yang dijual lebih kecil.

(aud/asr)

[Gambas:Video CNN]






Source link