Jerit Penjual Tempe Mendoan: Kedelai-Minyak Goreng Sama-sama Mahal

Jerit Penjual Tempe Mendoan: Kedelai-Minyak Goreng Sama-sama Mahal



Yogyakarta, CNN Indonesia — Penjaja gorengan di Kota Yogyakarta, DIY mulai merasakan imbas kenaikan harga minyak goreng kemasan usai dicabutnya Harga Eceran Tertinggi (HET) komoditas tersebut.

Read More

Mereka terhimpit keadaan, namun tak kuasa menaikkan harga jual. Seperti Mutmainah (42), pedagang gorengan tempe mendoan yang kini hanya bisa meraup sedikit untung.

“Enggak bisa naikin harga gorengan. Ya sebenarnya mepet buat bahan-bahan itu (harga) kedelainya saja udah naik lagi,” kata dia ditemui di lapaknya, sekitar Pasar Ngasem, Patehan, Kraton, Kota Yogyakarta, Jumat (17/3).

Mutmainah kini harus merogoh kocek lebih banyak demi bisa mendapatkan minyak goreng kemasan 1 liter yang dihargai mulai dari Rp23 ribu dan Rp50 ribu untuk kemasan 2 liter.

“Dulu seliter aja ya cuma Rp14 ribu,” katanya.

Di satu sisi, Mutmainah mengaku tak bisa menaikkan harga jual gorengan tempe mendoannya. Pasalnya, ia khawatir justru kehilangan pelanggan.

Dampak lain yang dirasakan Mutmainah adalah pembelian minyak goreng kemasan terbatas.

Mutmainah berujar, sejak dicabutnya HET oleh pemerintah, stok minyak goreng kemasan di pasaran tak lagi langka. Hanya saja pembeliannya dibatasi, satu orang satu kemasan saja.

“Kemarin kan susah nyarinya, sekarang mulai gampang. Tapi harus ganti orang belinya,” katanya sembari berharap harga minyak goreng kemasan kembali turun dan stoknya melimpah.

Layaknya Mutmainah, Bayu, pedagang gorengan di Jalan Palagan, Sariharjo, Ngaglik, Sleman juga harus memakai siasat ganti pembeli ini.

“Nyari sih (sekarang) enggak susah sih, ada cuma ya belinya dibatesin. Kemarin ke toko swalayan itu mau beli dibatasi, cuma boleh satu orang satu doang minyaknya,” imbuhnya.

“Terus akhirnya ya biasa giliran belinya sama keluarga. Gantian gitu, kalau enggak kayak gitu nggak bisa jualan. Ya bolak-balik,” sambung Bayu.

Bayu juga mengaku belum kepikiran menaikkan harga jual gorengannya. Meski tarif minyak goreng kemasan kian mencekik. Padahal, dalam sehari ia bisa butuh 10-15 liter.

“Semakin hari semakin naik aja. Biasanya kemarin (sebelum HET dicabut) itu 2 liter itu Rp28 ribu. Sekarang naik jauh 2 liter Rp50 ribu, parah sih. Kalau dulu mah Rp50 ribu dapat 4 liter,” keluhnya.

Afisa Ninda (22), salah satu karyawan toko kelontong di sekitar Pasar Ngasem, Patehan, Kraton, Kota Yogyakarta sementara mengakui kini warungnya harus menerapkan pembatasan untuk pembelian minyak goreng kemasan.

Hal ini dikarenakan pasokan dari distributor yang berkurang. Minyak goreng kemasan, kata dia, masih sulit diperoleh. Sementara pembatasan warungnya terapkan agar ada pemerataan.

“Dapatnya masih tinggi. Kalau kita dapat murah ya konsekuen. Kalau dapat murah ya kita jual murah, kalau dapatnya tinggi ya kita sesuaikan. Nggak banyak kok kita ambil untungnya di sini. Yang penting pembeli dapat minyak,” ujarnya.

Di warungnya, minyak goreng kemasan dijual Rp27 ribu untuk satu liternya. Sementara ukuran 1.800 mililiter sekitar Rp44 ribu.

“Sebenarnya ini kita dapatnya baru kemarin, tapi harganya masih tinggi,” imbuh dia.

Sedangkan untuk minyak goreng curah dijual di warungnya seharga Rp16.500 sampai Rp17 ribu per liter. “Tergantung dari sananya (pemasok), kita menyesuaikan. Kalau memang murah ya kita bisa jual Rp14 ribu,” sambungnya.

Kiriman minyak goreng curah ini dari level pemasok juga dibatasi. Saat kondisi normal, bisa 4-5 kali kiriman seminggu. Kini, maksimal 3 kali dan dibatasi 7 jeriken saja. Ujung-ujungnya, pembatasan pembelian juga berlaku untuk barang ini.

“Kalau (stok) dikit ya paling (dibatasi) 2-3 liter. Kalau yang jualan gorengan bisa kita kasih 5 liter. Karena kan kita dapatnya nggak tiap hari. Yang langganan bisa dapat 5 liter,” pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]
(kum/sfr)







Source link