Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di level Rp14.361 per dolar AS sore ini. Angkanya melemah dari posisi kemarin yang sebesar Rp14.351 per dolar AS.
Lalu, mata uang di Asia terlihat bergerak melemah. Terpantau, yen Jepang minus 0,31 persen, dolar Hong Kong minus 0,01 persen, won Korea Selatan minus 0,40 persen, rupee India minus 0,04 persen, dan ringgit Malaysia minus 0,12 persen.
Sisanya menguat seperti dolar Singapura naik 0,04 persen, peso Filipina yang naik 0,14 persen, yuan China naik 0,05 persen, dan baht Thailand naik 0,05 persen.
Di sisi lain, mata uang di negara maju justru kompak memerah. Terpantau, franc Swiss minus 0,32 persen, dolar Kanada minus 0,02 persen, dolar Australia minus 0,27 persen, poundsterling Inggris minus 0,18 persen, dan euro Eropa minus 0,20 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan nilai tukar rupiah tertekan akibat aksi Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang mengumumkan akan menerapkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia.
“Presiden AS Joe Biden dapat mengumumkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia di kemudian hari, sebagai tanggapan atas invasi terakhir ke Ukraina satu bulan lalu pada 24 Februari,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (24/3).
Tak hanya itu, menurutnya kenaikan harga komoditas energi seperti minyak mentah dan gas bumi juga mendorong penguatan dolar AS. Hal ini disebabkan oleh kebijakan Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengancam negara lain untuk membeli minyak mentah dengan mata uang Rusia yakni rubel.
“Langkah tersebut membuat kontrak berjangka Eropa melonjak, karena meningkatnya kekhawatiran akan krisis energi yang diperburuk yang dapat berdampak pada kesepakatan yang berjumlah ratusan juta dolar setiap hari,” pungkasnya.
[Gambas:Video CNN]
(fry/sfr)