Santai, Potensi Kenaikan Harga Mi Tak Akan Berdampak Besar ke Inflasi

Santai, Potensi Kenaikan Harga Mi Tak Akan Berdampak Besar ke Inflasi

Jakarta, CNN Indonesia — Harga mi instan tengah menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Pasalnya harga makanan yang disukai oleh banyak orang Indonesia ini diprediksi naik.

Read More

Tak tanggung-tanggung, prediksi langsung disampaikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Awal pekan lalu mengungkapkan harga mi akan naik hingga tiga kali lipat dalam waktu dekat. Sehingga ia meminta masyarakat pecinta mi untuk waspada.

“Jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya (naik) 3 kali lipat,” ujarnya dalam webinar virtual yang dikutip Selasa (9/8).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurutnya kenaikan ini dikarenakan harga gandum yang melonjak imbas perang Rusia-Ukraina. Sehingga, Indonesia yang selama ini mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan gandum dalam negeri terkena dampak.

Berdasarkan data Trading Economics, Rabu (10/8), rata-rata harga gandum dunia mencapai US$787,51 per gantang. Harga ini tercatat naik 8,17 persen dari tahun lalu.

“Saya bicara ekstrem saja, ada gandum tapi harganya mahal banget,” jelasnya.

Peringatan soal kenaikan harga mi ini juga pernah disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan ini juga berlaku bagi masyarakat pecinta roti.

“Ini hati hati yang suka makan roti yang suka makan mi, harganya bisa naik. Karena apa? ada perang di Ukraina. Kenapa perang di Ukraina mempengaruhi harga gandum? Karena produksi gandum 34 persen berada di negara itu. Rusia, Ukraina, Belarusia semua ada di situ,” papar Jokowi di Medan, Rabu (7/7).

Di sisi lain Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan yakin harga mi instan tidak akan naik tiga kali lipat. Ia mengatakan harga gandum akan turun seiring membaiknya panen komoditas itu di sejumlah negara.

“Enggak (naik). Dulu kan gagal panennya (gandum) Australia, Kanada, Amerika gagal, sekarang panennya sukses,” ujar Zulhas di Kementerian Perdagangan, Rabu (10/8).

Lagipula katanya, ia menambahkan saat ini Ukraina sudah bisa mengekspor gandum. Ia yakin harga komoditas itu akan turun pada September mendatang.

Kenaikan harga mi instan ini baik sampai tiga kali lipat maupun tidak, dikhawatirkan akan memberikan dampak ke inflasi di tanah air. Sebab, dari data World Instant Noodles Association, dalam lima tahun terakhir sampai 2021, Indonesia menjadi negara dengan jumlah konsumsi mi instan terbanyak di dunia.

Tahun lalu total konsumsi mi instan di Tanah Air sebanyak 13,27 miliar porsi, di bawah China/Hong Kong yang sebanyak 43,99 miliar porsi.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan tak perlu terlalu khawatir karena dampak kenaikan harga mi instan ke inflasi sangat kecil. Bahkan lebih besar dampak ke inflasi akibat kenaikan harga bahan pangan utama seperti beras hingga minyak goreng.

“Mengacu kepada bobot keranjang konsumsi dasar pada tahun 2018, sebenarnya bobot inflasi dari mi kering instan relatif tidak terlalu besar, tidak masuk ke dalam 10 besar bobot konsumsi (beras, daging ayam, daging sapi, telur, minyak goreng, dst),” ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

Berdasarkan data tersebut, bobot inflasi dari mi hanya 0,29 persen dari total keranjang konsumsi dasar 2018. Oleh karenanya, jika harga mi naik hingga tiga kali lipat pun tak akan menjadi pendorong lonjakan inflasi.

“Dengan demikian, jika skenario mie kering instan meningkat tiga kali lipat dari harga saat ini, maka sumbangan inflasinya diperkirakan hanya sebesar 0,58 persen,” jelasnya.

Namun, berbeda jika kenaikan harga mi ini dibarengi dengan lainnya seperti naiknya tarif ojek online, harga makanan dan minum, serta tarif listrik, maka sudah pasti inflasi akan melonjak tajam.

Kondisi kenaikan harga-harga secara bersamaan inilah yang dikhawatirkan akan berdampak pada lonjakan inflasi lebih tinggi dari saat ini. Kondisi ini tentu tidak baik karena akan direspons oleh kebijakan moneter Bank Indonesia yakni menaikkan suku bunga.

Kenaikan suku bunga BI tentu akan menahan laju pertumbuhan ekonomi yang saat ini tengah berjalan.

“Jadi kalau harga-harga naik bersamaan ini yang bahaya. Tapi kalau mi instan aja saya rasa tidak. Masa BI menaikkan suku bunga karena inflasi tinggi dari mi instan, ya nggak saya rasa. Kecil pengaruhnya,” ungkapnya Josua.


Cari Pengganti Gandum

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version='2.0';n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,'script','//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js');

fbq('init', '1047303935301449');
fbq('track', "PageView");

Source link