Cerpen Rumah Tua (Part 2)

Cerpen Rumah Tua (Part 2)




Cerpen Karangan: Sapta Lutfian Waldhani
Kategori: Cerpen Horor (Hantu)

Lolos moderasi pada: 31 July 2021

Ketika Ahmad selesai berbicara dengan orangtuanya, Cecil melihat keadaan rumah itu dan merasakan hawa yang membuat dia ragu untuk memasuki rumah tersebut.
“Eh mad, yakin kamu mau bersih-bersih sekarang? Ini kan udah mau gelap. Pamali tau ga”
“Lo ini mirip orang tua gua aja deh cil, masih percaya sama hal kaya gituan.”

Read More

Ahmad dan Cecil segera memasuki rumah itu, namun ketika mereka mencoba membuka pintu, pintu itu susah dibuka, mereka mencoba berulang kali untuk berusaha membuka pintu dengan kunci yang dibawanya. Ahmad yang merasa kesal dan tidak sabaran, memutuskan untuk menendang pintu hingga pintu itupun terbuka.
Sementara Cecil yang melihat hal itupun geram akan kelakuan Ahmad. “Ih mad, apaan sih, kamu kok gak sabaran banget jadi orang”
“Ya kalau ga diginiin, mau sampai kapan pintunya mau kebuka”
“Ya wajar aja lah, pintu udah tua kayak gini kok”

Setelah pintu rumah terbuka, sejenak mereka melihat keadaan ruangan yang sangat berdebu dan berantakan.
“Hadeeh… kotor banget sih. Jangankan manusia, setan aja ga bakal betah disini” Sontak Ahmad
“Udahlah mad, kamu tuh dari tadi ngeluh terus, nanti mereka dateng kamu takut lagi”
“Gua takut? Jangan bercanda deh lo cil” sambil tertawa.

Cecil yang merasa jengkel dengan ulah Ahmad, ia pun langsung bergerak mengambil sapu dan mulai membersihkan ruangan itu. Sementara Ahmad berjalan menuju kursi tua dalam ruangan itu. Ketika Ahmad duduk di kursi itu, ia memandangi sekitar sambil bersiul. Cecil yang mendengar Ahmad bersiul merasa kesal dan menegurnya.
“Mad, pamali tau ga sih bersiul malam-malam”
Merasa geram karena ditegur oleh Cecil, Ahmadpun mulai mengeraskan suara siulannya.
“Eh mad, kamu tuh dikasih tau kok ngeyel ya!” Menaikan nada suaranya
“Cil, dari tadi lo tuh bahasnya pamali-pamali terus dah.”
“Iya aku tau kamu ga percaya sama yang namanya mitos kaya gitu, tapi seengaknya ya menghormati mitos disini”
“Iya deh”
“Daripada kamu kaya gitu, mending bantuin sini biar cepet selesai”

Ahmad yang mendengar omongan Cecilpun langsung berdiri mengambil sapu dan mulai membersihkan kamar tidur, sedangkan Cecil membersihkan ruang tamu. Suasana yang begitu sunyi serta cahaya lampu yang tidak begitu terang menambah suasana rumah begitu menyeramkan.

Kamar yang begitu berantakan, lemari yang sudah tua dan lapuk, serta barang peninggalan kakek dan neneknya masih tersimpan dengan jelas di kamar itu. Ahmad yang melihat keadaan sambil membersihkan kamar ini, merasa sedang diawasi dari belakang, namun ketika ia menoleh kebelakang tidak ada apa-apa dan Ahmad pun melanjutkan untuk membersihkan kamar itu.

Tiba-tiba dari arah luar kamar ada bunyi benda jatuh yang sangat keras. Mendengar suara itu, Ahmad pun kaget.
“Cil, lo ngapain sih sampe ngejatuhin barang segala, kaget gua nih”
“Apaan sih mad, aku dari tadi aja ga pernah nyentuh barang-barang disini. Lagian di ruang tamu kan kamu tau sendiri cuman ada meja, kursi sama lemari doang”
“Ini dah malem, jangan bercanda terus lo cil”
“Heh, aku nih gak kaya kamu ya yang sering bercanda”

Ahmad yang masih binggung dan kaget dengan suara itu tetap melanjutkan bersih-bersihnya. Namun, kali ini bukan suara benda yang jatuh melainkan pintu lemari yang terbuka sendiri dengan kunci lemari yang ada di meja. Ahmad yang melihat pintu lemari yang terbuka sendiri merasa binggung dan menghampiri lemari itu.

“Dasar lemari tua, ga ada angin dan pintunya udah dikunci malah kebuka sendiri” sambil menutup dan mengunci kembali pintu lemari.
Saat Ahmad menutup kembali pintu lemari itu, seketika lampu di rumah itu kedap-kedip dan akhirnya mati dengan sendirinya
“Eh mad kok gini lampunya”
“Ya, mana gua tau cil”

Dengan keadaan yang begitu gelap, dan sunyi membuat Ahmad semakin cemas dan binggung akan hal-hal yang janggal ini. Saat Ahmad sedang mengambil handphone di sakunya, ia pun merasa ada yang berbisik di telinga kirinya dan secara refleks ia menoleh ke kiri sambil menyenteri kamar itu dengan handphone. Ia merasa takut dan binggung, namun Ahmad berfikir bahwa Cecil yang telah memanggilnya, karena di dalam rumah tersebut hanya ada mereka berdua saja.

“Cil, ngapain lo manggil gua”
“Apaan sih mad, kamu tuh dari tadi ngekhayal terus deh”
“Jangan bohong cil, gua tadi denger ada suara yang manggil nama gua”
“Udah deh mad, kamu nih jangan bikin aku takut. Udah tau lagi suasananya lagi gelap dan sunyi gini”

Ahmad yang mendengar perkataan Cecil menjadi semakin takut, dan lagi pintu lemari itu terbuka dengan sendirinya. Setelah melihat kejadian itu Ahmad langsung keluar dari kamar dan menghampiri Cecil
“Cil, kayanya rumah ini serem deh” merasa takut
Cecil yang binggung melihat Ahmad yang tidak biasa menampakan wajah takutnya kini semakin percaya dengan adanya makhluk halus dalam rumah itu.
“Kamu sih, makanya kalau dikasih tau itu di dengerin. Walaupun kamu ga percaya tetep aja kita harus hormat sama budaya yang ada disini”
“Iya deh cil, kali ini gua yang salah”

Tiba-tiba lampu kembali hidup kembali, dan mereka mendengar suara wanita tertawa dengan sangat jelasnya. Meja dan kursi bergerak sendiri, benda-benda berjatuhan, dan pintu rumah yang terbuka dengan sendirinya.
Mereka yang sudah ketakutan langsung menuju pintu keluar, namun pintu itu tertutup dengan sendirinya.
“TOLOONG KAMI…” Ucap Ahmad sambil mengedor-gedor pintu
“Mad, tenang mad, jangan khawatir. Kita hanya harus berdoa dalam keadaan seperti ini”

Ahmad yang sudah mencapai batas ketakutannya pun secara reflek menendang pintu itu berkali-kali hingga terbuka. Mereka pun langsung pergi keluar dengan tergesa-gesa. Tetapi saat mereka hendak menyalakan motornya, pintu rumah itu menutup dengan sendirinya. Ahmad yang langsung menancapkan gasnya pun langsung pergi meninggalkan rumah itu. Gelap, sunyi dan sepi jalanan pada malam hari membuat mereka semakin panik.

Tidak hanya di rumah itu saja mereka diganggu, tetapi ketika di perjalanan juga mereka diganggu. Mereka mendengar lagi suara tertawaan yang mereka dengar di rumah kakek Ahmad. Makin panik dan takut, ia menambah kecepatan motornya.
“Eh mad ga usah ngebut juga kali, aku tau kamu takut. Tapi ya seenggaknya kita pulang juga harus selamat”

Ahmad yang tidak mendengarkan perkataan cecil semakin menambah kecepatannya. Perjalanan yang mereka lalui hingga menuju jalan besar cukup memakan waktu yang lama. Dengan perasaan yang panik dan takut saat di perjalanan, Ahmad pun menyesali apa yang ia perbuat dan harus mendapatkan hukuman dari apa yang dia lakukan.

“Baru kali ini gua sampai ketakutan seperti itu. Dari sini gua belajar banyak hal, seperti makhluk halus itu memang ada, dan kita harus menghormati budaya yang ada”
“Sifat kamu tuh harus dirubah mad jangan kaya gitu lagi”
“Iya deh cil, gua minta maaf sama kejadian yang tadi”

Setelah perjalanan panjang di desa Ngulon yang membuat mereka panik dan takut, akhirnya mereka sampai pada jalan besar yang ramai akan kendaraan lalu lalang dan pulang ke tempat mereka berasal.

Cerpen Karangan: Sapta Lutfian Waldhani
Blog / Facebook: Kundapat

Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 31 Juli 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com


Cerpen Rumah Tua (Part 2) merupakan cerita pendek karangan Sapta Lutfian Waldhani, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.


“Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!”



Share ke Facebook

Google+

” Baca Juga Cerpen Lainnya! “


Oleh: Mochamad Syah Rizal

Sebuah kecelakaan pesawat terjadi pada 4 bulan lalu, pesawat udara berpenumpang 42 orang terjatuh di sebuah pulau kecil yang sangat terpencil, pesawat jatuh setelah mengalami kerusakan pada mesin di



Oleh: Kinarra Khonsa

Alif seorang pemuda desa yang selalu hidup bahagia namun semua berubah saat pindah ke kota, rumah baru, pekerjaan baru dan lainnya. Alif menjadi seorang pekerja yang sukses di kota,



Oleh: Acep Dudu

Kriiing… Jam weker di kamarku berbunyi nyaring saat menunjukan pukul 05:35 “Sudah pagi? Cepat sekali waktu berlalu” kataku dalam hati, Aku langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.



Oleh: Arya T

“Jaga rumah baik-baik ya, Eric!” Teriak Ibu dari luar. Suaranya bersemangat, tentu saja – Ibu akan reunian dengan teman-teman lamanya. Ah, teman. Kalau aku jadi Ibu, lebih baik aku



Oleh: Miftah

“Sayang, kamu pindah aja ya, daripada kamu menderita di sini,” bujuk Yudha kepada gadis di sampingnya. “Aku tidak mau,” tolak gadis itu dingin. Di tengah malam yang sunyi Yudha


8 tahun cerpenmu



“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”
“Kalau iya… jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?”






Source link

Komunitas Penulis Cerpen Indonesia, Kumpulan Cerpen Karya Anak Bangsa